Selasa, 27 Agustus 2013

Sekilas Dua Kilas Cerita Di Bali Part II

Wokeeee hai..... hai..... hai......... Akhirnya bisa kembali juga melanjutkan Sekilas Dua Kilas Cerita di Bali  . Yak..... tidak usah berlama-lama mari kita lanjutkan ke sesi cerita selanjutnya.
   Keesokan harinya nih, kami akhirnya berangkat ke Art Centre di Denpasar-Bali untuk Festival kategori Teenager Choir dengan membawakan lagu Set me as a seal dan Alleluia for our time. Untunglah kata pelatih kami penampilan kami cukup memuaskan walaupun kami hanya bisa mendapat perak di urutan ke tiga.
   Walaupun festival untuk hari itu sudah selesai, kami belum bisa bersantai-santai udah gitu keliling-keliling Bali. Kami ke bus lalu berganti baju official 2nd BICF dan makan siang. setelah makan dan bla bla bla bla, kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki ke ISI Denpasar untuk rehersal stage for Musica Sacra Choir Festival. Yah walaupun sempat menunggu agak lama untuk rehersal stage, kami cukup dibuat takjub dengan latihan-latihan competitor yg lainnya dimana mereka juga bisa dikatakan memiliki suara jauh lebih baik diatas kami.
Menunggu dan menunggu dan akhirnya kami dipersilakan untuk masuk stage dan melakukan check panggung. Karena kelamaan mengatur sana dan sini, akhirnya dengan terpaksa waktu 10 menit yg diberikan panitia terbuang percuma pada saat check panggung, kami terpaksa disuruh turun padahal kami belum selesai check panggung karena waktunya sudah lewat. Memalukan sih tapi yah apa boleh buat namanya juga panitianya disiplin, bukan kayak orang indonesia wkwkwkkwkwkwkkwk. :D just kiddong :p
   Oke!!! hari kedua (23/7) di Bali sedang kami jalankan pada saat itu. Pada malam harinya kami kembali berlatih seperti biasa sampai hampir tengah malam untuk festival paduan suara besok dalam kategori Musica Sacra. Malam ini sama dengan malam kemarin, gue dengan 10 orang teman gue gak diperbolehkan bernyanyi oleh pelatih kami yang katanya "profesional".  Sedih sih iya tapi ada juga temen gue yang di sana malah senang gak nyanyi di lagu ini. Katanya biar nggak capek ada lagi yang bilang yang penting jalan2 nya (mungkin karena gak pernah ke Bali atau mungkin gak pernah naik pesawat xixixixixixixixiixixixi :D *Bagi yang merasa sorry ye. Just kiddong :D :P*) 
   Walaupun begitu, hari-hari dan jam-jam istirahat kami yang seharusnya digunakan untuk istirahat, malah kami gunakan seperti :
Menggosip di kamar .... (Bagi yang tahu isi sendiri *takut yg punya kamar marah :D*)
Pergi ke ABC Mart 
Saling silaturahmi ke kamar yang lainnya
Ngadain rapat besar di kamar yang kamarnya pun besarnya tak   seberapa (Sampe sesak nafas. Mana 
Foto-foto (udah wajib wkwkkwkkwkwkwk)
On Line di Facebook, Twitter sambil nge-update status dan balas notif2 dari temen2 yg ada di Medan
Nelepon-neleponan padahal teman yang ditelepon jaraknya hanya beberapa meter (ngabisin gratisan)
Nelepon mamak
SMS-an ama si doi wkwkkwkwkw
Loncat-loncat udah gitu jatuh dan tak bisa bangkit lagi dan tenggelam dalam luka dalam.
mugnkin begitulah keseharian yang biasanya kami lakukan kalau misalnya berada di penginapan yang tak seberapa itu.
   Yak kita lanjutkan keesokan harinya (24/7) pada festival paduan suara Musica Sacra Category. Hari itu kami jalani dengan suka hati walaupun conductor kami malam sebelumnya sempat drop karena nggak makan siang. Selesai acara lomba, kami kembali ke bus. Di bus sempat sih kami meminta kepada kepala sekolah kalau hari itu kami diajak keliling Bali. Namun karena kepala sekolah kami bersikeras hari itu kami harus latihan, otomatis kami tidak jadi keliling Bali dan hanya mengunjungi Monumen Sejarah Perjuangan Rakyat Bali. Monumen ini hampir sama seperti Monumen Nasional di Jakarta namun yang membedakan disini adalah gaya arsitektur bangunannya yang khas Bali. Di kisah perjalanan ke Monumen Perjuangan Rakyat Bali ini, gue punya cerita menarik. Awalnya teman-teman gue pada nolak untuk turun walaupun sebagian dari kami turun. Kata mereka kalau ke taman siang-siang gini sama aja bikin kulit hitam lah dan bla bla bla bla. Ternyata eh ternyata tempat yang kami kunjungi tersebut lebih dari sekedar sebuah taman saja. Melainkan di tengah taman itu ada sebuah tempat seperti museum untuk memperingati bagaimana perjuangan rakyat Bali sendiri. Nah udah cukup penjelasannya, sekarang gue merasa kasihan dengan teman-teman gue yang nggak ikut turun dengan kami waktu itu. Mengapa? karena tempat nya itu bisa dikatakan indah dan asri sampai2 gue kayak berada di langit ke 7 men. Dan yang gue paling takutin nih ya, kalau nanti gue nyebarin foto-foto kami di monumen itu, gue takutnya yang gak ikut turun demo ke kami udah gitu minta nurunin harga BBM eh salah maksudnya ngeroyok kami.
(Berlanjut ke sesi ketiga...)

2 komentar:

Silakan tinggalkan komentar anda